Jumat, 02 Mei 2014

file://localhost/Users/evalindaratnasari/Pictures/anatomi/Sistem%20Ekskresi%20dr%20azis%20ru.ppt

Selasa, 04 Maret 2014

kasus kesehatan reproduksi

KATA PENGANTAR



Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan YME karena atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah mengenai “TUGAS MAKALAH manajemen kebidanan “Kasus kesehatan reprodukis” tepat pada waktunya.

Penulisan Makalah ini merupakan salah satu syarat untuk memenuhi tugas dalam mata kuliah KONSEP KEBIDANAN. Dalam penyusunan Makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada tekhnis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan dan pengetahuan yang terbatas. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi penyempurnaan Makalah ini selanjutnya.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan Makalah ini.





Cirebon, 20 Desember 2013


          Penyusun







DAFTAR ISI

     KATA PENGANTAR…………………………………i
     DAFTAR ISI…………………………………………..ii
     BAB I PENDAHULUAN……………………………..
1. Latar Belakang……………………………………
2. Rumusan Masalah……………………………………
3. Tujuan………………………….
     BAB II PEMBAHASAN……………………………..
  1. 1. Penegrtian manajemen kebidanan
  2. 2. Sasaran manajemen kebidanan
  3. 3. Kasus kesehatan reproduksi
  4. 4. Pengkajian pada kasus reproduksi
  5. 5. Contoh kasus kesehatan reproduksi

     BAB III PENUTUP………………………………….
  1. E. 1. Kesimpulan…………………………………
DAFTAR PUSTAKA……………………………...













BAB 1
PENDAHULUAN
 A.    Latar Belakang 
Bidan sebagai seorang pemberi layanan kesehatan (health provider) harus dapat melaksanakan pelayanan kebidanan dengan melaksanakan manajemen yang baik. Dalam hal ini bidan berperan sebagai seorang manajer, yaitu mengelola atau memanage segala sesuatu tentang kliennya sehingga tercapai tujuan yang di harapkan. Dalam mempelajari manajemen kebidanan di perlukan pemahaman mengenai dasar – dasar manajemen sehingga konsep dasar manajemen merupakan bagian penting sebelum kita mempelajari lebih lanjut tentang manajemen kebidanan.
Akar atau dasar manajemen kebidanan, adalah ilmu manajemen secara umum. Dengan mempelajari teori manajemen, maka diharapkan bidan dapat menjadi manajer ketika mendapat kedudukan sebagai seorang pimpinan, dan sebaliknya dapat melakukan pekerjaan yang baik pula ketika bawahan dalam suatu system organisasi kebidanan. Demikian pula dalam hal memberikan pelayanan kesehatan pada kliennya, seorang bidan haruslah menjadi manager yang baik dalam rangka pemecahan ,masalah dari klien tersebut. Untuk itu kita perlu mengenal terlebih dahulu pemahaman mengenai ilmu manajemen secara umum, teori – teori manajemen, fungsi – fungsi manajemen, dan bahkan manajemen skill.
Manajemen kebidanan adalah suatu metode proses berfikir logis sistematis. Oleh karena itu manajemen kebidanan merupakan alur pikir bagi seorang bidan dalam memberikan arah/kerangka dalam menangani kasus yang menjadi tanggung jawabnya.
Manajemen kebidanan mempunyai peran penting dalam menunjang kerja seorang bidan agar bidan dapat melakukan pelayanan dengan baik kepada kliennya. Oleh karena itu, kami menyusun makalah ini dengan judul “MANAJEMEN KEBIDANAN “ selain sebagai tugas kelompok juga dapat dijadikan  referensi bagi pembaca.
 B.     Rumusan Masalah
  • Bagaimana cara melakukan manajemen kebidanan?
  • Bagaimana konsep manajemen kebidanan yang berkualitas?
 C.    Tujuan
  • Untuk mengetahui bagaimana cara melakukan manajemen kebidanan
  • Untuk mengetahui konsep  manajemen kebidanan yang berkualitas

 BAB II
MANAJEMEN KEBIDANAN

A. PENGERTIAN MANAJEMEN KEBIDANAN
          Manajemen kebidanan adalah suatu metode berpikir dan bertindak secara sistemetis dam logis dalam memberi asuhan kebidanan , agar menguntungkan kedua belah pihak baik klien ataupun pemberi asuhan.
            Manajemen kebidanan di adaptasi dari  sebuah konsep yang di kembangkan oleh Helen Varney dalam buku  Varney’s midwifery , edisi ke tiga tahun 1997; menggambarkan proses manajemen asuhan kebidanan yang terdiri dari tujuh langkah yang sistematik dan siklik.
Prisip Proses Manajemen Kebidanan Menurut American College of Nurse Midwife (ANCM) tahun 1999
1. Secara sistematis mengumpulkan dan memperbaharui data yang lengkap dan relevan dengan melakukan pengkajian yang komprehensif terhadap kesehatan setiap klien, termasuk mengumpulkan riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik
2. Mengidentifikasi masalah dan membuat diagnosa berdasarkan interpretasi data dasar
3 .Mengidentifikasi kebutuhan terhadap asuhan kesehatan dalam menyelesaikan masalah dan merumuskan tujuan asuhan kesehatan bersama klien
4. Memberikan informasi dan support sehingga klien dapat membuat keputusan dan tanggung jawab terhadap kesehatannya
5.Membuat rencana asuhan yang komprehensif bersama klien
6.Secara pribadi bertanggungjawab terhadap implementasi rencana individual
7.Melakukan konsultasi, perencanaan dan melaksanankan manajemen dengan berkolaborasi dan merujuk klien untuk mendapatkan asuhan selanjutnya
8.Merencanakan manajemen terhadap komplikasi tertentu, dalam situasi darurat dan bila ada penyimpangan dari keadaan normal
9.Melakukan evaluasi bersama klien terhadap pencapaian asuhan kesehatan dan merevisi rencana asuhan sesuai dengan kebutuhan

  1. B. SASARAN MANAJEMEN KEBIDANAN
Bidan sesuai dengan perannya sebagai tenaga kesehatan memiliki kewajibsan memberikan asuhan untuk menyelamatkan ibu dan anak dari gangguan kesehatan terutama pada gangguan kesehatan reproduksi. Untuk melaksanakan asuhan tersebut digunakan metode pendekatan yang disebut manajemen kebidanan. Metode dan pendekatan digunakan untuk mendalami permasalahan yang dialami oleh pasien atau klien dan kemudian merumuskan permasalahan tersebut, serta akhirnya mengambil langkah pemecahannya. Manajemen kebidanan membantu proses berfikir bidan didalam melaksanakan asuhan dan pelayanan kebidanan.
Manajemen kebidanan tidak hanya diimplementasikan pada asuhan kebidanan pada individu, akan tetapi dapat juga diterapkan didalam pelaksanakan pelayanan kebidanan yang ditujukan kepada keluarga dan masyarakat.
Manajemen kebidanan mendorong bidan menggunakan cara yang teratur dan rasional, sehingga mempermudah pelaksanaan yang tepat dalam memecahkan masalah pasien dan kliennya. Dan kemudian akhirnya tujuan mewujudkan kondisi ibu atau anak yang sehat, dapat dicapai.
Sebagaimana dikemukakan diatas bahwa permasalahan kesehatan ibu dan anak yang ditangani oleh bidan mutlak menggunakan metode dan pendekatan manajemen kebidanan. Sesuai dengan lingkup dan tanggung jawab bidan, maka sasaran manajemen kebidanan ditujukan baik kepada individu ibu dan anak, keluarga maupun kelompok masyarakat.
Manajemen kebidanan dapat digunakan oleh bidan didalam melaksanakan kegiatan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan, pemulihan kesehatan ibu dan anak dalam lingkup dan tanggung jawabnya.

  1. C. KASUS KESEHATAN REPRODUKSI
Kesehatan reproduksi adalah kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang utuh dan bukan hanya tidak adanya penyakit atau kelemahan, dalam segala hal yang berhubungan dengan sistem reproduksi dan fungsi-fungsinya serta proses-prosesnya. Berdasarkan pengertian tersebut dapat diketahui bahawa 


1.langkah I: pengumpulan data
         Pada langkah satu di kumpulkan semua data yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien, Meliputi data Subjektif maupun Objektif.
Data Subjektif terdiri dari ;
1. Biodata, data demografi, Riwayat kesehatan termasuk berdafer kecelakaan, Riwayat Menstruasi, riwayat Obsteictan, Ginekologi, Nifas ibu laktasi, Bio psikospiritual Ibu.
2. Keluhan Ibu (data Subjektif).
- Ranggul halid terami
- Pergerakan janin kurang
Data Objektif terdiri dari ;
a. Pemeriksaan fisik (sesuai kebutuhan) dan tanda-tanda Vital pada pemeriksaan fisik, Penderita (Ibu) tetap menuntun dari sebelum hamil.
b. Pemeriksaan khusus meliputi (inspeksi ,Palpasi,Auskultasi,dan Perkusi) pada pemeriksaan penunjang khusus terasa gerak janin berkurang dan air ketuban terasa kurang.
c.Pemeriksaan penunjang (Laboratorium. Disenstric,USG).

2. Langkah II : Interpretasi data dasar
            Pada langkah kedua dilakuakan identifikasi terhadap diagnosis berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah di kumpulkan . masalah sering berkaitan dengan hal-hal yang sedang dialami wanita yang di identifikasi bidan sesuai dengan hasil pengkajian. Masalah juga sering menyertai diagnosis.
Diagnosa :
Hamil,kehamilan(….)Minggu, Janin Hidup ,Persentasi Kepala (bokong) tunggal, atau gamely, punggung kiri/kanan.
Masalah : Cemas
Kebutuhan : - Suport Mental
- Pengawasan yang ketat
- Terminasi kehamilan ( induksi Persalinan/Sectio Cesaria).
3. Langkah III : Identifikasi Diagnosis/masalah potensi dan antisipasi penanganannya.
       Pada langkah ini di perlukan antisipasi . bidan diharapkan waspada dan bersiap-siap mencegah diagnosis/masalah menjadi kenyataan. Langkah ini penting sekali dalam melakukan asuhan yang aman.
-Diagnosa masalah potensial pada ibu
-Diagnosa masalah potensial pada janin

4. Langkah IV : Menetapkan perlunya konsultasi dan kolaborasi segera dengan tenaga kesehatan lain.

Bidan mengidentifikasi perlunya bidan atau dokter melakuakan konsultasi atau penangan segera bersama anggota tim kesehatan lain sesuai dengan kondisi klien.
Langkah ke empat mencerminkan kesinambungan  proses manajemen kebidanan. Jadi manjemen kebidanan tidak hanya berlangsung selama suhan primer periodic atau kunjungan prenatal saja , tetapi selama wanita itu dalam dampingan bidan
- Kolaborasi dengan dokter
- Terminasi Kehamilan

5. Langkah V : Menyusun rencana asuhan
            Pada langkah ini direncanakan asuhan menyeluruh dan ditentukan berdasarkan langkah-langkah sebelumnya. Padalangkah ini informasi yang tidak lengkap dapat dilengkapi.
            Rencana suhan tidak menyelutuh tidak hanya meliputi segala hal yang sudah teridentifikasi dari klien  tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi untuk klien.
Perencanaan:
- Infomasikan pada ibu hamil pemeriksaan
- Anjurkan ibu untuk melakukan USG
- Lakukan konsultasi pada dokter
- Anjurkan pada ibu untuk bersalin di RUMAH SAKIT


6. Langkah VI : Pelaksanaan langsung asuhan dengan efisien dan aman
            Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya. Walau bidan tidak melakukannya sendirin, namun tetap ia memikul tanggung jawab untuk menngarahkan pelaksanaannya.
Pelaksanaan:
- Menginformasikan pada ibu untuk melakukan USG
- Melakukan dukungan mental agar ibu tidak cemas
- Melakukan Konsultasi /kolaborasi dengan dokter
- Menganjurkan ibu untuk bersalin di RUMAH SAKIT 

7. Langkah VII : Evaluate
            Pada langkah terakhir ini dilakukan evaluasi keefektifan asuhan yang sudah diberikan. Hal ini meliputu ealuasi pemenuhan kebutuhan akan bantuaan : apakah benar telah terpenuhi sebagaimana diidentifikasi di dalam diagnosin dan maslah. Rencana tersebut dapat dianggap efektif  jika memenag benar efektif dalam pelaksanaannya.
Evaluasi:
- Pasien (klien) Mengetahui kehamilan kurang bulan /waktu (penentuan)
- Pasien (klien) Masih cemas
- Pasien (klien) Bersedia bersalin di RUMAH SAKIT

  1. D. PENGKAJIAN PADA KASUS KESEHATAN REPRODUKSI
Kesehatan Reproduksi
Yang harus dikaji :
1. Identitas (umur paritas)
2. Status perkembangan
- Berapa lama menikah
- Berapa kali ganti pasangan
- Umur saat menikah Š kurang 20 tahun (tidak sehat)
3. Riwayat Kesehatan. estrogen (tumor)
4. Perdarahan
5. Masa (uterus, ovarium, vag)
6. Luka/inveksi (vaginitis, erosi, porsio psb)
7. Fistula
8. Riwayat PMS


Penatalaksanaan
1. Konseling tentang penyakitnya (penyebab, jenis)
2. PAP smear
3. Merujuk ke dr. Obsgyn
4. Memberi dukungan kepada klien
  1. F. CONTOH KASUS KESEHATAN REPRODUKSI
Ny. Suminah berumur 13 tahun datang ke Puskesmas untuk periksa hamil tanggal 7 Maret 2007. Hamil ini adalah kehamilan yang kedua dan belum pernah abortus, HPHT : 28 Mei 2006. Ibu mengatakan merasa gatal dan panas disekitar vagina, dorongan buang air kecil lebih sering, nyeri saat hubungan seksual, menggigil, nyeri perut atau kram  Dari hasil pemeriksaan ditemukan TD : 110/70 mmhg, S : 36 C, M : 80 x / mnt, Rr “ 20 x / mnt, Hb : 8 gram%, kunjungtiva merah muda dan DJJ 144 x / mnt teratur, terdengar di perut ibu sebelah kiri.
Langkah I
  • Data Subjektif
Ny. Suminah umur 13 tahun, periksa hamil tanggal 7 Maret 2007.
Dengan keluhan merasa gatal dan panas disekitar vagina, dorongan buang air kecil lebih sering, nyeri saat hubungan seksual, menggigil, nyeri perut atau kram
Diketahui HPHT : 28 Mei 2006.
  • Data  Objektif
K/U ibu baik, kesadaran composmentis.
Pemeriksaan TTV
TD = 110 / 70 mmHg M = 80 x / mnt
S = 36 oC Rr = 20 x / mnt
Pemeriksaan fisik
Head to toe
Pemeriksaan Palpasi
Leopold I = TFU : 30 cm, teraba bagian bulat, lunak, tidak ada lentingan (bokong janin).
Leopold II = - Sebelah kanan ibu teraba bagan-bagian kecil janin (eksterminas 
janin).
- Sebelah kiri ibu teraba bagian keras, panjang ada tahanan 
(punggung janin).
Leopold III = Teraba bagian bulat, keras ada lentingan (kepala janin)
Leopold IV = Konvergen 5/5 bagian.
Pemeriksaan Auskultasi
DJJ : 144 x / mnt
PM : terdengar jelas, 2 jam dibawah pusat kiri ibu
LANGKAH II
G2P1AO hamil pada 32 minggu umur 28 tahun
Janin hidup tunggal intra uterin, letak memanjang, presentasi kepala, PUKL 5/5 bagian
Mengalami infeksi vagina yaitu keputihan
LANGKAH III
Ibu mengalami keputihan
Anjurkan kepada ibu ibu untuk menggunakan celana dalam berbahan katun.
Anjurkan kepada ibu untuk tidak memakai celana jeans ketat.
Anjurkan kepada ibu untuk membersihkan daerah vagina setiap hari secara rutin dan teratur serta apabila terasa basah.
Anjurkan kepada ibu untuk melakukan gerakan cebok dari dean ke belakang.
Anjurkan kepada ibu untuk mandi atau cuci setiap hari dan bersihkan daerah sekitar vagina dengan baik.
Anjurkan kepada ibu untuk menggunakan sanitary pad jika ada banyak pengeluaran. Jangan gunakan tampon untuk menyerap pengeluaran.
Anjurkan kepada ibu untuk periksa ke dokter.
Anjurkan kepada ibu untuk meminum obat secara teratur...
Anjurkan kepada ibu untuk minenghindari iritasi sabun atau deterjen, semprotan feminin, kertas toilet wangi atau tampon wangi.
Langkah IV
Anjurkan kepada ibu untuk segera memeriksakan diri ke dokter kandungan dengan asuhan dari bidan.


Langkah V
Anjurkan kepada ibu untuk periksa ke dokter secara rutin.
Anjurkan kepada ibu untuk meminum obat secara teratur.
Anjurkan kepada ibu untuk minenghindari iritasi sabun atau deterjen, semprotan feminin, kertas toilet wangi atau tampon wangi.
Anjurkan kepada ibu untuk menjalankan langkah-langkah ke 3 secara teratur.
Langkah VI
-Menyarankan pasien untuk  secara rutin periksa ke dokter
-Menyarankan pasien agar tidak cemas.
Langkah VII
Ibu mengerti hasil pemeriksaan.
Ibu bersedia melaksanakan semua anjuran dari bidan.
ibu mau datang dan periksa periksa ke dokter untuk pemeriksaan lebih lanjut.








BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
                Sebagai seorang bidan, bukan hanya menetahui tetapi kita harus memahami betul apa itu manajemen kebidanan dan 7 asuhan kebidanan yang terdapat di dalamnya. Apabila kita telah memahami betul apa itu manajemen kebidanan dan 7 langkah asuhan kebidanan, sebagai seorang bidan kita bisa memberikan pelayanan kepada klien dengan memuaskan.

B. SARAN
                Sebagai calon seorang bidan , mulai dari sekarang kita harus memahami betul makna dari manajemen kebidanan dan 7 langkah asuhan kebidanan, agar bisa memberikan pelayanan yang memuaskan bagi klien.

DAFTAR PUSTAKA

·                     Soepardan, Suryani . 2007. Konsep Kebidanan. Bandung
·                     Hombar Pakpahan Label: Manajemen kebidan
·                     www.google.com




komponen komunikasi

BAB II
PEMBAHASAN

  1. A. Komponen komunikasi
Komponen komunikasi adalah hal-hal yang harus ada agar komunikasi bisa berlangsung dengan baik. 
Menurut Laswell komponen-komponen komunikasi adalah:

  • Pengirim atau komunikator (sender) adalah pihak yang mengirimkan pesan kepada pihak lain.
  • Pesan (message) adalah isi atau maksud yang akan disampaikan oleh satu pihak kepada pihak lain.
  • Saluran (channel) adalah media dimana pesan disampaikan kepada komunikan. dalam komunikasi antar-pribadi (tatap muka) saluran dapat berupa udara yang mengalirkan getaran nada/suara.
  • Penerima atau komunikate (receiver) adalah pihak yang menerima pesan dari pihak lain
  • Umpan balik (feedback) adalah tanggapan dari penerimaan pesan atas isi pesan yang disampaikannya.
  • Aturan yang disepakati para pelaku komunikasi tentang bagaimana komunikasi itu akan dijalankan ("Protokol")
Komponen komunikasi hampir sama dengan unsur-unsur komunikasi, yaitu :
  1. komponen komunikaN
  2. komponen komunikator; 
  3. komponen pesan; 
  4. komponen umpan balik.
(1) Komponen komunikan 
Seseorang dapat dan akan menerima pesan apabila dalam kondisi sebagai berikut: 
- pesan komunikasi benar-benar dimengerti oleh penerima pesan
- pengambilan keputusan dilakukan secara sadar untuk mencapai tujuan
- pengambilan keputusan dilakukan secara sadar untuk kepentingan pribadinya
- mampu menempatkan baik secara mental atau fisik
(2) Komponen komunikator
Komunikasi dapat berjalan efektif bila : adanya kepercayaaan dalam diri komunikator (self credibility) dan kepercayaan kepada komunikator mencerminkan pesan yang diterima komunikan dianggap benar serta sesuai kenyataan dan daya tarik komunikator (source attractiviness). 
(3) Komponen pesan
Pesan dapat berupa nasehat, bimbingan, dorongan, informasi dll. Pesan dapat disampaikan lisan maupun non verbal.
(4) Umpan balik
Merupakan respon yang diberikan oleh komunikan terhadap pesan yang diterimanya. Umpan balik dapat digunakan untuk mengukur besarnya informasi yang diterima dibandingkan dengan yang diterima.

  1. (1) Komponen komunikan 
Seseorang dapat dan akan menerima pesan apabila dalam kondisi sebagai berikut: 
- pesan komunikasi benar-benar dimengerti oleh penerima pesan
- pengambilan keputusan dilakukan secara sadar untuk mencapai tujuan
- pengambilan keputusan dilakukan secara sadar untuk kepentingan pribadinya
- mampu menempatkan baik secara mental atau fisik
(2) Komponen komunikator
Komunikasi dapat berjalan efektif bila : adanya kepercayaaan dalam diri komunikator (self credibility) dan kepercayaan kepada komunikator mencerminkan pesan yang diterima komunikan dianggap benar serta sesuai kenyataan dan daya tarik komunikator (source attractiviness). 
(3) Komponen pesan
Pesan dapat berupa nasehat, bimbingan, dorongan, informasi dll. Pesan dapat disampaikan lisan maupun non verbal.
(4) Umpan balik
Merupakan respon yang diberikan oleh komunikan terhadap pesan yang diterimanya. Umpan balik dapat digunakan untuk mengukur besarnya informasi yang diterima dibandingkan dengan yang diterima.

Komponen Komunikasi 
a. Lingkungan komunikasi Lingkungan (konteks) komunikasi setidak-tidaknya memiliki tiga dimensi: 
  1. Fisik, adalah ruang dimana komunikasi berlangsung yang nyata atau berwujud.
  2. Sosial-psikoilogis, meliputi, misalnya tata hubungan status di antara mereka yang terlibat, peran yang dijalankan orang, serta aturan budaya masyarakat di mana mereka berkomunikasi. Lingkungan atau konteks ini juga mencakup rasa persahabatan atau permusuhan, formalitas atau informalitas, serius atau senda gurau,
  3. Temporal (waktu), mencakup waktu dalam hitungan jam, hari, atau sejarah dimana komunikasi berlangsung.

Ketiga dimensi lingkungan ini saling berinteraksi; masing-masing mempengaruhi dan dipengaruhi oleh yang lain. 
Sebagai contoh:
terlambat memenuhi janji dengan seseorang (dimensi temporal), dapat mengakibatkan berubahnya suasana persahabatan-permusuhan (dimensi sosial-psikologis), yang kemudian dapat menyebabkan perubahan kedekatan fisik dan pemilihan rumah makan untuk makan malam (dimensi fisik). 
Perubahan-perubahan tersebut dapat menimbulkan banyak perubahan lain. Proses komunikasi tidak pernah statis. 

b. Sumber-Penerima Kita menggunakan istilah:
sumber-penerima sebagai satu kesatuan yang tak terpisahkan untuk menegaskan bahwa setiap orang yang terlibat dalam komunikasi adalah sumber (atau pembicara) sekaligus penerima (atau pendengar). 
  • Anda mengirimkan pesan ketika anda berbicara, menulis, atau memberikan isyarat tubuh.
  • Anda menerima pesan dengan mendengarkan, membaca, membaui, dan sebagainya. Tetapi, ketika anda mengirimkan pesan, anda juga menerima pesan.
  • Anda menerima pesan anda sendiri (anda mendengar diri sendiri, merasakan gerakan anda sendiri, dan melihat banyak isyarat tubuh anda sendiri) dan anda menerima pesan dari orang lain (secara visual, melalui pendengaran, atau bahkan melalui rabaan dan penciuman). 
  • Ketika anda berbicara dengan orang lain, anda memandangnya untuk mendapatkan tanggapan (untuk mendapatkan dukungan, pengertian, simpati, persetujuan, dan sebagainya). Ketika anda menyerap isyarat-isyarat non-verbal ini, anda menjalankan fungsi penerima. 

c. Enkoding-Dekoding
Dalam ilmu komunikasi kita menamai tindakan menghasilkan pesan (misalnya, berbicara atau menulis) sebagai enkoding (encoding). Dengan menuangkan gagasan-gagasan kita ke dalam gelombang suara atau ke atas selembar kertas, kita menjelmakan gagasan-gagasan tadi ke dalam kode tertentu. Jadi, kita melakukan enkoding. 
Kita menamai tindakan menerima pesan (misalnya, mendengarkan atau membaca) sebagai dekoding (decoding). 
Dengan menerjemahkan gelombang suara atau kata-kata di atas kertas menjadi gagasan, anda menguraikan kode tadi. Jadi, anda melakukan dekoding. 
Oleh karenanya kita menamai pembicara atau penulis sebagai enkoder (encoder), dan pendengar atau pembaca sebagai dekoder (decoder). Seperti halnya sumber-penerima, kita menuliskan enkoding-dekoding sebagai satu kesatuan yang tak terpisahkan untuk menegaskan bahwa anda menjalankan fungsi-fungsi ini secara simultan. Ketika anda berbicara (enkoding), anda juga menyerap tanggapan dari pendengar (dekoding).

d. Kompetensi Komunikasi Kompetensi komunikasi mengacu pada kemampuan anda untuk berkomunikasi secara efektif (Spitzberg dan Cupach, 1989). 
Kompetensi ini mencakup hal-hal seperti pengetahuan tentang peran lingkungan (konteks) dalam mempengaruhi kandungan (content) dan bentuk pesan komunikasi (misalnya, pengetahuan bahwa suatu topik mungkin layak dikomunikasikan kepada pendengar tertentu di lingkungan tertentu, tetapi mungkin tidak layak bagi pendengar dan lingkungan yang lain). Pengetabuan tentang tatacara perilaku nonverbal (misalnya kepatutan sentuhan, suara yang keras, serta kedekatan fisik) juga merupakan bagian dari kompetensi komunikasi.
Dengan meningkatkan kompetensi anda, anda akan mempunyai banyak pilihan berperilaku. Makin banyak anda tahu tentang komunikasi (artinya, makin tinggi kompetensi anda), makin banyak pilihan, yang anda punyai untuk melakukan komunikasi sehari-hari. Proses ini serupa dengan proses mempelajari perbendaharaan kata: Makin banyak kata anda ketahui (artinya, makin tinggi kompetensi perbendaharaan kata anda), makin banyak cara yang anda miliki untuk mengungkapkan diri. 

e. Pesan Pesan komunikasi dapat mempunyai banyak bentuk.
Kita mengirimkan dan menerima pesan ini melalui salah satu atau kombinasi tertentu dari panca indra kita. 
Walaupun biasanya kita menganggap pesan selalu dalam bentuk verbal (lisan atau tertulis), ini bukanlah satu-satunya jenis pesan. Kita juga berkomunikasi secara nonverbal (tanpa kata). Sebagai contoh, busana yang kita kenakan, seperti juga cara kita berjalan, berjabatan tangan, menggelengkan kepala, menyisir rambut, duduk, dan. tersenyum. Pendeknya, segala hal yang kita ungkapkan dalam melakukan komunikasi. 

f. Saluran Saluran komunikasi adalah media yang dilalui pesan.
Jarang sekali komunikasi berlangsung melalui hanya satu saluran, kita menggunakan dua, tiga, atau empat saluran yang berbeda secara simultan. Sebagai contoh, dalam interaksi tatap muka kita berbicara dan mendengarkan (saluran suara), tetapi kita juga memberikan isyarat tubuh dan menerima isyarat ini secara visual (saluran visual). Kita juga memancarkan dan mencium bau-bauan (saluran olfaktori). Seringkali kita saling menyentuh, ini pun komunikasi (saluran taktil). 

g. Umpan Balik Umpan balik adalah informasi yang dikirimkan balik ke sumbernya. 
Umpan balik dapat berasal dari anda sendiri atau dari orang lain. Dalam diagram universal komunikasi tanda panah dari satu sumber-penerima ke sumber-penerima yang lain dalam kedua arah adalah umpan balik. Bila anda menyampaikan pesan misalnya, dengan cara berbicara kepada orang lain anda juga mendengar diri anda sendiri. Artinya, anda menerima umpan balik dari pesan anda sendiri. Anda mendengar apa yang anda katakan, anda merasakan gerakan anda, anda melihat apa yang anda tulis.
Selain umpan balik sendiri ini, anda menerima umpan balik dari orang lain. Umpan balik ini dapat datang dalam berbagai bentuk: Kerutan dahi atau senyuman, anggukan atau gelengan kepala, tepukan di bahu atau tamparan di pipi, semuanya adalah bentuk umpan balik. 

h. Gangguan Gangguan (noise) adalah gangguan dalam komunikasi yang mendistorsi pesan. Gangguan menghalangi penerima dalam menerima pesan dan sumber dalam mengirimkan pesan. Gangguan dikatakan ada dalam suatu sistem komunikasi bila ini membuat pesan yang disampaikan berbeda dengan pesan yang diterima. 
  • Gangguan ini dapat berupa gangguan fisik (ada orang lain berbicara), 
  • psikologis (pemikiran yang sudah ada di kepala kita), atau 
  • semantik (salah mengartikan makna). 

Macam Definsi Contoh:
  • Fisik Interferensi dengan transmisi fisik isyarat atau pesan lain Desingan mobil yang lewat, dengungan komputer, kacamata
  • Psikollogis Interferensi kognitif atau mental Prasangka dan bias pada sumber-penerima, pikiran yang sempit
  • Semantik Pembicaraan dan pendengar memberi arti yang berlainan Orang berbicara dengan bahasa yang berbeda, menggunakan jargon atau istilah yang terlalu rumit yang tidak dipahami pendengar

Gangguan dalam komunikasi tidak terhindarkan. Semua komunikasi mengandung gangguan, dan walaupun kita tidak dapat meniadakannya samasekali, kita dapat mengurangi gangguan dan dampaknya. Menggunakan bahasa yang lebih akurat, mempelajari keterampilan mengirim dan menerima pesan nonverbal, serta meningkatkan keterampilan mendengarkan dan menerima serta mengirimkan umpan balik adalah beberapa cara untuk menanggulangi gangguan. 
i. Efek Komunikasi
Komunikasi selalu mempunyai efek atau dampak atas satu atau lebih orang yang terlibat dalam tindak komunikasi. Pada setiap tindak komunikasi selalu ada konsekuensi. Sebagai contoh, anda mungkin memperoleh pengetahuan atau belajar bagaimana menganalisis, melakukan sintesis, atau mengevaluasi sesuatu; ini adalah efek atau dampak intelektual atau kognitif. Kedua, anda mungkin memperoleh sikap baru atau mengubah sikap, keyakinan, emosi, dan perasaan anda; ini adalah dampak afektif. Ketiga, anda mungkin memperoleh cara-cara atau gerakan baru seperti cara melemparkan bola atau melukis, selain juga perilaku verbal dan noverbal yang patut; ini adalah dampak atau efek psikomotorik. 

j. Etik dan Kebebasan Memilih Karena komunikasi mempunyai dampak, maka ada masalah etik di sini. 
Karena komunikasi mengandung konsekuensi, maka ada aspek benar-salah dalam setiap tindak komunikasi. Tidak seperti prinsip-prinsip komunikasi yang efektif, prinsip-prinsip komunikasi yang etis sulit dirumuskan.
Seringkali kita dapat mengamati dampak komunikasi, dan berdasarkan pengamatan ini, merumuskan prinsip-prinsip komunikasi yang efektif. Tetapi, kita tidak dapat mengamati kebenaran atau ketidakbenaran suatu tindak komunikasi.
Dimensi etik dari komunikasi makin rumit karena etik begitu terkaitnya dengan falsafah hidup pribadi seseorang sehingga sukar untuk menyarankan pedoman yang berlaku bagi setiap orang. Meskipun sukar, pertimbangan etik tetaplah merupakan bagian integral dalam setiap tindak komunikasi. Keputusan yang kita ambil dalam hal komunikasi haruslah dipedomani oleh apa yang kita anggap benar di samping juga oleh apa yang kita anggap efektif.
Apakah komunikasi itu etis atau tidak etis, landasannya adalah gagasan kebebasan memilih serta asumsi bahwa setiap orang mempunyai hak untuk menentukan pilihannya sendiri. Komunikasi dikatakan etis bila menjamin kebebasan memilih seseorang dengan memberikan kepada orang tersebut dasar pemilihan yang akurat. Komunikasi dikatakan tidak etis bila mengganggu kebebasan memilih seseorang dengan menghalangi orang tersebut untuk mendapatkan informasi yang relevan dalam menentukan pilihan. 
Oleh karenanya, komunikasi yang tidak etis adalah komunikasi yang memaksa seseorang
  1. mengambil pilihan yang secara normal tidak akan dipilihnya atau tidak mengambil pilihan yang secara normal akan dipilihnya. 
  2. Sebagai contoh, seorang pejabat rekruting perusahaan mungkin saja membesar-besarkan manfaat bekerja di Perusahaan X dan dengan demikian mendorong anda untuk menentukan pilihan yang secara normal tidak akan anda ambil (jika saja anda mengetahui fakta-fakta sebenarnya). Dalam etik yang didasarkan atas kebebasan memilih ini, ada beberapa persyaratan. Kita mengasumsikan bahwa orang-orang ini sudah cukup umur dan berada dalam kondisi mental yang memungkinkan mereka melaksanakan pilihan secara bebas. Selanjutnya, kita mengasumsikan bahwa kebebasan memilih dalam situasi mereka tidak akan menghalangi kebebasan memilih orang lain. Sebagai contoh, anak-anak berusia 5 atau 6 tahun tidak akan siap untuk menentukan pilihan sendiri (memilih menu mereka sendiri, memilih waktu untuk tidur, memilih jenis obat), sehingga harus ada orang lain yang melakukannya untuk mereka. Begitu juga, seseorang yang menderita keterbelakangan mental membutuhkan orang lain untuk mengambilkan keputusan tertentu bagi mereka. Di samping itu, situasi lingkungan kehidupan seseorang dapat membatasi kebebasan memilih ini. Sebagai contoh, anggota tentara seringkali harus melepaskan kebebasan memilih dan makan nasi bungkus, bukan roti keju, mengenakan seragam militer, bukan jins, lari pagi, bukan tidur. Dengan menjadi tentara, seseorang setidak-tidaknya harus melepaskan sebagian hak mereka untuk menentukan pilihan sendiri. Akhirnya, kebebasan memilih yang kita miliki tidak boleh menghalangi orang lain untuk menentukan pilihan mereka sendiri. Kita tidak bisa membiarkan seorang pencuri memiliki kebebasan untuk mencuri, karena dengan memberikan kebebasan ini kita menghalangi korban pencurian untuk menikmati kebebasan memilih mereka—hak untuk memiliki barang dan hak untuk merasa aman dalam rumah mereka Motif atau tujuan ini tidak perlu dikemukakan secara sadar, juga tidak perlu mereka yang terlibat menyepakati tujuan komunikasi mereka. Tujuan dapat disadari ataupun tidak, dapat dikenali ataupun tidak. Selanjutnya, meskipun. teknologi komunikasi berubah dengan cepat dan drastis (kita mengirimkan surat elektronika, bekerja dengan komputer, misalnya) tujuan komunikasi pada dasarnya tetap sama, bagaimanapun hebatnya revolusi elektronika dan revolusi-revolusi lain yang akan datang. (Arnold dan Bowers, 1984; Naisbit.1984). 

  1. Menemukan Salah satu tujuan utama komunikasi menyangkut penemuan diri (personal
  2. discovery) Bila anda berkomunikasi dengan orang lain, anda belajar mengenai diri sendiri
  3. selain juga tentang orang lain. Kenyataannya, persepsi-diri anda sebagian besar dihasilkan
  4. dari apa yang telah anda pelajari tentang diri sendiri dari orang lain selama komunikasi,
  5. khususnya dalam perjumpaan-perjumpaan antarpribadi.
Dengan berbicara tentang diri kita sendiri dengan orang lain kita memperoleh umpan balik yang berharga mengenai perasaan, pemikiran, dan perilaku kita. Dari perjumpaan seperti ini kita menyadari, misalnya bahwa perasaan kita ternyata tidak jauh berbeda dengan perasaan orang lain. Pengukuhan positif ini membantu kita merasa "normal."
Cara lain di mana kita melakukan penemuan diri adalah melalui proses perbandingan sosial, melalui perbandingan kemampuan, prestasi, sikap, pendapat, nilai, dan kegagalan kita dengan orang lain. Artinya, kita mengevaluasi diri sendiri sebagian besar dengan cara membanding diri kita dengan orang lain.
  1. Dengan berkomunikasi kita dapat memahami secara lebih baik diri kita sendiri dan diri orang lain yang kita ajak bicara. Tetapi, komunikasi juga memungkinkan kita untuk menemukan dunia luar—dunia yang dipenuhi objek, peristiwa, dan manusia lain. Sekarang ini, kita mengandalkan beragam media komunikasi untuk mendapatkan informasi tentang hiburan, olahraga, perang, pembangunan ekonomi, masalah kesehatan dan gizi, serta produk-produk baru yang dapat dibeli. Banyak yang kita peroleh dari media ini berinteraksi dengan yang kita peroleh dari interaksi antarpribadi kita. Kita mendapatkan banyak informasi dari media, mendiskusikannya dengan orang lain, dan akhirnya mempelajari atau menyerap bahan-bahan tadi sebagai hasil interaksi kedua sumber ini. 
  2. Untuk berhubungan, Salah satu motivasi kita yang paling kuat adalah berhubungan dengan orang lain (membina dan memelihara hubungan dengan orang lain). Kita ingin merasa dicintai dan disukai, dan kemudian kita juga ingin mencintai dan menyukai orang lain. Kita menghabiskan banyak waktu dan energi komunikasi kita untuk membina dan memelihara hubungan sosial. Anda berkomunikasi dengan teman dekat di sekolah, di kantor, dan barangkali melalui telepon. Anda berbincang-bincang dengan orangtua, anak-anak, dan saudara anda. Anda berinteraksi dengan mitra kerja. 
  3. Untuk meyakinkan Media masa ada sebagian besar untuk meyakinkan kita agar mengubah sikap dan perilaku kita. Media dapat hidup karena adanya dana dari iklan, yang diarahkan untuk mendorong kita membeli berbagai produk. Sekarang ini mungkin anda lebih banyak bertindak sebagai konsumen ketimbang sebagai penyampai pesan melalui media, tetapi tidak lama lagi barangkali anda-lah yang akan merancang pesan-pesan itu—bekerja di suatu surat kabar, menjadi editor sebuah majalah, atau bekerja pada biro iklan, pemancar televisi, atau berbagai bidang lain yang berkaitan dengan komunikasi. Tetapi, kita juga menghabiskan banyak waktu untuk melakukan persuasi antarpribadi, baik sebagai sumber maupun sebagai penerima. Dalam perjumpaan antarpribadi sehari-hari kita berusaha mengubah sikap dan perilaku orang lain. Kita berusaha mengajak mereka melakukan sesuatu, mencoba cara diit yan baru, membeli produk tertentu, menonton film, membaca buku, rnengambil mata kuliah tertentu, meyakini bahwa sesuatu itu salah atau benar, menyetujui atau mengecam gagasan tertentu, dan sebagainya. Daftar ini bisa sangat panjang. Memang, sedikit saja dari komunikasi antarpribadi kita yang tidak berupaya mengubah sikap atau perilaku. 
  4. Untuk bermain Kita menggunakan banyak perilaku komunikasi kita untuk bermain dan menghibur diri. Kita mendengarkan pelawak, pembicaraan, musik, dan film sebagian besar untuk hiburan. Demikian pula banyak dari perilaku komunikasi kita dirancang untuk menghibur orang lain (menceritakan lelucon mengutarakan sesuatu yang baru, dan mengaitkan cerita-cerita yang menarik). Adakalanya hiburan ini merupakan tujuan akhir, tetapi adakalanya ini merupakan cara untuk mengikat perhatian orang Iain sehingga kita dapat mencapai tujuan-tujuan lain.
Tentu saja, tujuan komunikasi bukan hanya ini; 
masih banyak tujuan komunikasi yang lain. Tetapi keempat tujuan yang disebutkan di atas tampaknya merupakan tujuan-tujuan yang utama. Selanjutnya tidak ada tindak komunikasi yang didorong hanya oleh satu faktor; sebab tunggal tampaknya tidak ada dunia ini. Oleh karenanya, setiap komunikasi barangkali didorong oleh kombinasi beberapa tujuan bukan hanya satu tujuan. 
Unsur – unsur dalam komunikasi 

  1. Sumber ( Source ) : Pihak yang berinisiatif atau berkebutuhan untuk berkomunikasi, bisa seorang individu, kelompok, organisasi, perusahaan, dll. 
  2. Pesan (Massage) : Apa yang dikomunikasikan oleh sumber kepada penerima. Pesan merupakan seperangkat symbol verbal dan/ atau nonverbal yang mewakili perasaan, nilai, gagasan atau maksud sumber tadi. 
  3. Saluran/Media (Channel) : alat/ wahana yang digunakan sumber untuk menyampaikan pesannya kepada penerima.
  4. Penerima (Receiver) : Orang yang menerima pesan dari sumber. Berdasarkan pengalaman masa lalu, rujukan nilai, pengetahuan, persepsi, pola pikir dan perasaan. Penerima pesan ini menerjemahkan/ menafsirkan seperangkat symbol verbal dan/ atau non verbal yang ia terima menjadi gagasan yang dapat ia pahami.
  5. Efek (Effect) : Apa yang terjadi pada penerima setelah ia menerima pesan tersebut. 
  6. Proses Encoding: Adalah proses pemilihan symbol/alat angkut pesan. Dilakukan oleh Pengirim pesan.
Komunikasi Tatap Muka
Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang berlangsung antara beberapa orang dalam suatu kelompok “kecil” seperti dalam rapat, pertemuan, konperensi dan sebagainya (Anwar Arifin, 1984). 
Michael Burgoon (dalam Wiryanto, 2005) mendefinisikan komunikasi kelompok sebagai interaksi secara tatap muka antara tiga orang atau lebih, dengan tujuan yang telah diketahui, seperti berbagi informasi, menjaga diri, pemecahan masalah, yang mana anggota-anggotanya dapat mengingat karakteristik pribadi anggota-anggota yang lain secara tepat. Kedua definisi komunikasi kelompok di atas mempunyai kesamaan, yakni adanya komunikasi tatap muka, dan memiliki susunan rencana kerja tertentu umtuk mencapai tujuan kelompok.
Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut (Deddy Mulyana, 2005). Kelompok ini misalnya adalah keluarga, kelompok diskusi, kelompok pemecahan masalah, atau suatu komite yang tengah berapat untuk mengambil suatu keputusan. Dalam komunikasi kelompok, juga melibatkan komunikasi antarpribadi. Karena itu kebanyakan teori komunikasi antarpribadi berlaku juga bagi komunikasi kelompok.

  1. B. PROSES KOMUNIKASI
  2. Proses komunikasi adalah bagaimana komunikator menyampaikan pesan kepada komunikannya, sehingga dapat menciptakan suatu persamaan makna antara komunikan dengan komunikatornya. Proses komunikasi ini bertujuan untuk menciptakan komunikasi yang efektif (sesuai dengan tujuan komunikasi pada umumnya). Proses komunikasi, banyak melalui perkembangan. Proses komunikasi dapat terjadi apabila ada interaksi antar manusia dan ada penyampaian pesan untuk mewujudkan motif komunikasi.
Komunikasi merupakan suatu proses yang mempunyai komponen dasar  sebagai berikut :

Pengirim pesan, penerima pesan  dan  pesan

Semua fungsi manajer melibatkan  proses komunikasi. Proses komunikasi dapat dilihat pada skema dibawah ini :  

Proses+Komunikasi.png

Diagram Proses Komunikasi


1.      Pengirim pesan (sender) dan isi pesan/materi
Pengirim pesan adalah orang yang mempunyai ide  untuk disampaikan kepada seseorang dengan harapan   dapat dipahami oleh orang yang menerima pesan sesuai dengan yang dimaksudkannya. Pesan adalah informasi yang akan disampaikan  atau diekspresikan  oleh pengirim pesan.  Pesan dapat verbal atau non verbal dan pesan akan efektif bila diorganisir secara baik dan jelas.
 Materi pesan dapat berupa :
a.       Informasi
b.      Ajakan
c.       Rencana kerja
d.      Pertanyaan dan sebagainya

2.      Simbol/ isyarat
Pada tahap ini pengirim pesan membuat kode atau simbol sehingga pesannya dapat       dipahami oleh  orang lain. Biasanya seorang manajer menyampaikan pesan dalam bentuk kata-kata, gerakan anggota badan, (tangan, kepala, mata dan bagian muka lainnya). Tujuan  penyampaian pesan adalah untuk mengajak, membujuk, mengubah sikap, perilaku atau menunjukkan arah tertentu.

3.      Media/penghubung
Adalah alat untuk penyampaian pesan seperti ; TV, radio surat kabar,  papan pengumuman, telepon dan lainnya. Pemilihan media ini dapat dipengaruhi oleh isi pesan  yang akan disampaikan, jumlah penerima pesan, situasi dsb.

4.      Mengartikan kode/isyarat
Setelah  pesan diterima  melalui indera (telinga, mata dan seterusnya) maka  si penerima pesan  harus dapat mengartikan  simbul/kode dari pesan tersebut, sehingga dapat dimengerti /dipahaminya.

5.      Penerima pesan
Penerima pesan adalah orang yang dapat memahami pesan  dari sipengirim  meskipun dalam bentuk code/isyarat  tanpa mengurangi arti pesan  yang dimaksud oleh pengirim

6.      Balikan (feedback)
Balikan adalah isyarat atau tanggapan yang berisi  kesan dari penerima pesan dalam bentuk verbal maupun nonverbal. Tanpa balikan seorang pengirim pesan tidak akan tahu dampak pesannya terhadap sipenerima pesan Hal ini penting  bagi manajer atau pengirim pesan untuk mengetahui apakah pesan sudah diterima dengan pemahaman yang benar dan tepat. Balikan dapat disampaikan oleh penerima pesan atau orang lain yang bukan penerima pesan. Balikan yang disampaikan oleh penerima pesan pada umumnya merupakan balikan langsung  yang mengandung pemahaman atas pesan tersebut dan sekaligus merupakan apakah pesan itu akan dilaksanakan atau tidak
Balikan yang diberikan oleh orang lain  didapat dari pengamatan pemberi balikan  terhadap perilaku maupun ucapan penerima pesan. Pemberi balikan  menggambarkan perilaku penerima pesan  sebagai reaksi  dari pesan  yang diterimanya. Balikan bermanfaat untuk memberikan informasi, saran yang dapat menjadi bahan pertimbangan dan membantu untuk menumbuhkan  kepercayaan serta keterbukaan diantara komunikan, juga balikan dapat memperjelas persepsi.

7.      Gangguan
Gangguan bukan merupakan bagian dari proses komunikasi  akan tetapi mempunyai pengaruh dalam  proses komunikasi, karena pada setiap situasi hampir selalu ada hal yang mengganggu kita. Gangguan adalah  hal yang  merintangi atau menghambat  komunikasi  sehingga penerima salah menafsirkan pesan  yang diterimanya.


BAB III
PENUTUP

3.1.      Kesimpulan
Dari pembahasan makalah diatas dapat diambil beberapa kesimpulan, diantaranya adalah:
1.     Komunikasi adalah perhubungan atau proses pemindahan dan pengoperan arti, nilai, pesan melalui media atau lambang-lambang apakah itu bahasa lisan, tulisan ataupun isyarat.
2.     Komunikasi adalah seni penyampaian informasi (peran, massage, ide, sikap, atau gagasan) dari komunikator untuk merubah serta permohonan yang dikehendaki komunikator. Jadi, proses penyampaian informasi berdaya guna bagi komunikator maupun komunikan.
3.     Dalam komunikasi terdapat tujuan, proses, faktor – faktor, jenis – jenis komunikasi yang dapat menentukan tercapainya komunikasi yang baik.

3.2.      Saran
Dengan terselesaikannya makalah tentang komponen-komponen komunikasi ini maka sebaiknya komunikasi dipergunakan dengan cara yang baik dan benar agar apa yang ingin disampaikan komunikator dan komunikan terima sejalan dan bisa tercapai dengan benar.


DAFTAR PUSTAKA

K.M., Rochmah, 2002, Komunikasi & Konseling dalam Asuhan Kebidanan, Jakarta : EGC
Purwanto Heri, 1993, Komunikasi untuk Perawat, Jakarta : EGC
S Astrid, 1977, Komunikasi Dalam Teori Dan Praktek, Bandung : Binacipta
Suprapto Tommy, 2009, Pengantar Teori & Manajemen Komunikasi, Yogyakarta : Medpress
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Christina, dkk., 2003. Komunikasi Kebidanan. Jakarta: EGC.
Tyastuti, dkk., 2008. Komunikasi dan Konseling Dalam Praktik Kebidanan. Yogyakarta: Fitramaya.
Vardiyansah, 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Bogor: Ghalia Indonesia.
Wiryanto, DR., 2006. Pengantar Ilmu Komunikasi. Cetakan Ketiga. Jakarta: PT Grasindo.
Image, communicationforumscotland.org.uk